Studi Kasus
Industri susu pada umumnya dianggap sebagai sumber terbesar air limbah pemrosesan makanan di banyak negara. Air digunakan di seluruh langkah industri susu, termasuk pembersihan, sanitasi, pemanasan, pendinginan, dan pencucian lantai, secara alami, kebutuhan industri akan air sangat besar. Secara umum, limbah dari industri pengolahan susu mengandung konsentrasi tinggi bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lipid, tinggi BOD5 dan COD, dan konsentrasi tinggi padatan tersuspensi dan lemak minyak tersuspensi. Proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium adalah teknik yang dapat diandalkan untuk menghilangkan polutan dari air limbah perah (1).
Limbah cair susu pada umumnya diperlakuan biasanya menggunakan metode biologis seperti proses lumpur aktif, aerated laguna, bioreaktor aerobik, filter trickling, reaktor batch sekuensing (SBR), reaktor aliran lumpur anaerobik (UASB), filter alir anaerobik naik, dan koagulasi bio. Proses biologis aerobik adalah energi intensif yang tinggi, sedangkan pengolahan anaerobik dari air limbah perah menolak penghilngan nutrisi yang sangat buruk, dan limbah yang diolah dengan proses biologis anaerobik memerlukan perawatan tambahan di sisi lain, metode fisik / kimia yang telah terbukti berhasil adalah koagulasi / flokulasi . Studi kasus ini membahas air limbah yang diambil dari pabrik susu lokal di Iran dengan 25.000 (nilai rata-rata) kg susu per hari kapasitas pemrosesan. Pengaturan ditunjukkan pada gambar bawah (1).

Di setiap aliran air limbah (supernatan) setelah 12 jam waktu pengendapan dituangkan ke dalam sel elektrokoagulasi. Percobaan dilakukan dalam reaktor batch bipolar seperti yang ditunjukkan pada Gambar atas, dengan enam elektroda aluminium yang terhubung secara paralel. Hanya elektroda luar yang terhubung ke sumber listrik, dan reaksi anodik dan katodik terjadi pada setiap permukaan elektroda dalam saat arus melewati elektroda. Suhu masing-masing sistem dipertahankan pada 25 ± 2∘C. Selama berjalan, unit reaktor diaduk pada 150 rpm oleh pengaduk magnet untuk memungkinkan endapan kimia untuk tumbuh cukup besar untuk dihilangkan. Dalam studi ini, air limbah mentah susu dibolehkan untuk menetap di tangki pengendapan awal sebelum proses elektrokoagulasi. Parameter yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah COD, BOD5, TSS, TC dan FC. Nilai parameter sebelum dan sesudah perlakuan adalah
Influence of electrocoagulation process using aluminium electrodes on dairy wastewater quality parameters (1)
Parameters | Air Limbah Mentah |
Air limbah setelah 12 jam di diamkan | Larutan yang telah di EK pada 60 V | Level yang diperbolehkan( Iran standard) |
COD (mg/L) | 7855 | 6114 | 70.92 | 60 |
BOD5 (mg/L) | 3486 | 2919 | 43.45 | 30 |
TSS (mg/L) | 1724 | 734 | 16.52 | 60 |
TC(MPN/100mL) | 4.39 x 10^6 | 3.53 x 10^6 | 361 | 1000 |
FC(MPN/100mL) | 3.27 x 10^6 | 2.75 x 10^6 | 28 | 400 |
Demikian Mengenal Elektrokuagulasi dalam Pengolahan Air
Daftar Pustaka
- Edris Bazrafshan, Hossein Moein, et.al, 2013, Application of electrocoagulation process for dairy wastewater treatment, Journal of Chemistry
- Mikko Vepsäläinen, 2012, Electrocoagulation in the treatment of industrial waters and wastewaters
- M. Yousuf A. Mollah, Robert Schennach, et. al, 2001, Electrocoagulation (EC)- science and applications, Journal of Hazardous Materials 29–41
- Dr N. N. Mahapatra, Electro-Coagulation Process for the Waste Water Treatment
- Rahmani AR., 2008, Removal of water turbidity by the electrocoagulation method, Journal of research in health sciences